Harga Minyak Dunia Turun Dibayangi Kekhawatiran Kenaikan Suku Bunga

36

JawaPos.com – Harga minyak mentah dunia turun 2 persen pada hari Senin atau Selasa pagi waktu Indonesia memperpanjang kerugian karena kenaikan suku bunga yang membayangi bank sentral Amerika Serikat atau The Fed membebani permintaan dan ekspor Rusia tetap kuat.

Investor memperkirakan Federal Reserve AS akan menaikkan suku bunga sebesar 25 basis poin pada hari Rabu, diikuti sehari setelah kenaikan setengah poin oleh Bank of England dan Bank Sentral Eropa.

“Kami melihat sentimen ‘risiko mundur’ dari reli dua minggu terakhir di tengah gagasan bahwa suku bunga yang lebih tinggi dapat memperlambat permintaan lebih cepat,” kata Dennis Kissler, wakil presiden senior perdagangan di BOK Financial.

Mengutip Reuters, Brent berjangka untuk pengiriman Maret turun USD 1,76 atau 2,03 persen menjadi USD 84,90 per barel. Minyak mentah AS atau WTI turun USD 1,78 menjadi USD 77,90 per barel tercatat sebagai penurunan 2,23 persen dalam hampir empat minggu.

Kini, pasar juga berada di bawah tekanan dari indikasi pasokan Rusia yang kuat meskipun larangan Uni Eropa dan pembatasan harga G7 diberlakukan atas invasi ke Ukraina. Kedua tolak ukur minyak minggu lalu mencatat kerugian mingguan pertama mereka dalam tiga.

Selain pertemuan bank sentral, pertemuan pada hari Rabu para menteri utama dari kelompok OPEC+ yang terdiri dari Organisasi Negara Pengekspor Minyak (OPEC) dan sekutu yang dipimpin oleh Rusia juga akan menjadi fokus.

Pertemuan panel OPEC+ tidak mungkin mengubah kebijakan produksi. Hal ini seperti dikatakan tiga delegasi OPEC+ kepada Reuters pada hari Senin.

“Perahu itu tidak benar-benar berada di lautan badai sekarang. Jadi mengapa mengayunkan sesuatu yang tidak bergerak sebagaimana adanya,” kata Ole Hansen, kepala strategi komoditas di Saxo Bank.

OPEC+ dapat “mengejutkan pasar dengan pemotongan kecil”, kata pialang minyak PVM, menambahkan tidak mungkin mengubah kebijakan.

Sebelumnya pada hari Senin, harga minyak naik karena ketegangan di Timur Tengah setelah serangan pesawat tak berawak di Iran dan harapan akan permintaan Tiongkok yang lebih tinggi.

Meskipun belum jelas apa yang terjadi di Iran, setiap eskalasi di sana berpotensi mengganggu aliran minyak mentah, kata Stefano Grasso, manajer portofolio senior di 8VantEdge di Singapura.

 

Source