
JawaPos.com – Pendidikan vokasi kini tak lagi jadi pilihan terakhir saat memasuki tahun ajaran baru. Pasalnya, standar pendidikan, fasilitas, hingga lulusannya tak bisa dipandang sebelah mata.
Di jenjang sekolah menengah kejuruan (SMK) misalnya. Banyak SMK yang kian berkembang pesat usai berkolaborasi dengan pihak dunia usaha dan dunia industri (dudi). Sebut saja SMK Wikrama Bogor yang sukses menghasilkan lulusan-lulusan handal dari tujuh kompetensi keahlian (jurusan) yang diajarkan di sekolah.
Hal ini terbukti dari jumlah keterserapan lulusan yang menduduki peringkat lima besar dari data Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek).
”Alhamdulillah, masa tunggu lulusan kami tidak lama. Maksimal 3 bulan usai lulus,” ungkap Kepala Sekolah SMK Wikrama Bogor Iin Mulyani dalam acara Unite for Education yang diinisiasi Direktorat Mitras Dudi, Ditjen Vokasi dan Bank Permata, ditulis Sabtu (28/1).
Keterserapan ini tak lepas dari peran dudi. Kemitraan yang terbangun sejak 2021 melalui program SMK pusat keunggulan (SMK PK) 2021 dan SMK PK pemadanan dukungan 2022 membuat siswa betul-betul siap memasuki dunia kerja. Sebab, mitra dudi tak hanya berkolaborasi melalui pendanaan saja, tapi wajib ikut membangun sumber daya manusia (SDM) di sekolah sesuai dengan kebutuhan dunia kerja. Mitra dudi terlibat mulai dari penyusunan kurikulum, penyediaan pengajar dari industri, teaching factory, dan lainnya.
”Setidaknya ada 600 industri yang tergabung dengan SMK. Namun kami merasa masih kurang karena ada 1800 siswa,” tuturnya.
Pihak sekolah sendiri sebetulnya telah menerapkan sejumlah kebijakan yang cukup menarik. Diantaranya, tak memiliki wali kelas. Siswa akan didampingi oleh guru pendamping yang ditentukan sejak awal masuk. Guru pendamping ini akan menemani siswa selama tiga tahun penuh saat menjalani masa sekolahnya di Wikrama. Kebijakan ini diambil agar perkembangan siswa betul-betul terpantau. Terlebih, guru pendamping disesuaikan dengan lokasi tempat tinggal siswa yang terkumpul dalam satu rayon yang sama.
”Akan lebih mudah jika pemantauan dilakukan oleh satu guru yang sama sejak masuk. Ini sama seperti saat kuliah, ada dosen pembimbing akademik,” jelas Komalasari, salah satu guru.
Selain itu, urusan kebersihan dan kantin juga jadi tanggung jawab dari semua siswa. Semua siswa setara. Mereka wajib bergantian membersihkan semua sudut sekolah, tak hanya ruang kelas tapi juga toilet. Kemudian, kantin juga dijalankan oleh siswa. Kelas tata boga bertugas menyuplai makanan dan kelas pemasaran yang menjajakannya.
Siswa juga aktif menggerakkan ekonomi masyarakat sekitar melalui pemasaran produk UMKM melalui go digital. Para siswa rutin melakukan penjualan produk mulai dari fesyen, makanan, dan kerajinan tangan melalui kelas live streaming TikTok Shop.
”Dengan adanya kelas live streaming TikTok Shop ini, anak-anak menjadi terlatih dan terampil dalam memasarkan produk yang nyata. Masyarakat juga jadi terbantu dalam meningkatkan pemasaran,” papar Kepala Program Jurusan Bisnis Daring dan Pemasaran, SMK Wikrama Bogor, Rina Finanti.
Aleyda, siswi kelas XI SMK Wikrama Bogor, mengaku beruntung tak salah pilih sekolah di vokasi. Awalnya, ia sempat bimbang untuk memilih SMA atau SMK. Namun, karena hasratnya untuk berwirausaha begitu besar, ia akhirnya memilih SMK. ”Karena inginnya lulus langsung kerja. Dan ternyata di sini program-programnya sesuai,” ujarnya.
Senada, Rizky Fadhillah, siswa kelas XI SMK Wikrama pun mengungkapkan hal yang sama. Dengan fasilitas dan kurikulum yang ada, siswa betul-betul disiapkan untuk dunia kerja melalui praktik-praktik di sekolah.
Bukan hanya SMK Wikrama Bogor, SMK Raden Umar Said (Rus) Kudus pun sukses bertransformasi setelah bermitra dengan dudi. Ketua Jurusan Animasi SMK Rus Kudus Agam Amintaha mengatakan, pihaknya kini menggabungkan teori belajar di sekolah dengan pendekatan berbasis produksi yang jadi tuntutan dari dudi selaku mitra. Campur tangan dudi ini pun memberi gambaran pada warga sekolah terkait apa saja kebutuhan-kebutuhan dudi di bidang animasi. Yang mana, sekaligus membuat guru dan siswa berupaya meningkatkan kompetensi secara menerus.
”Saat ini, klien kami berasal dari dalam dan luar negeri,” ungkapnya.
Menariknya, selama sekolah, siswa tak dikejar oleh nilai akademik tinggi. Menurut Agam, siswa justru dibantu untuk mengumpulkan portofolio sebanyak-banyaknya. Sebab, hal ini yang dibutuhkan ketika mereka memasuki dunia kerja.