Mengenal 4 Masalah Kurang Gizi pada Anak, Ketahui Apa Saja Gejalanya

54

JawaPos.com – Anak kurang gizi ditandai dengan berat dan tinggi badannya. Ketika berat badan mereka tidak memenuhi kriteria sesuai usia, maka orang tua harus segera berkonsultasi pada dokter. Sebab masalah gizi dapat mengganggu tumbuh kembang anak dan kecerdasan mereka.

Kementerian Kesehatan mengungkapkan ternyata ada 4 masalah gizi yang diderita oleh anak. Yakni weight faltering, underweight, gizi kurang, dan gizi buruk. Setelah 4 masalah gizi tersebut teratasi, penurunan prevalensi stunting (balita tubuh pendek) akan terjadi.

“Kalau mau menurunkan stunting maka harus menurunkan masalah gizi sebelumnya yaitu weight faltering, underweight, gizi kurang, dan gizi buruk. Kalau kasus keempat masalah gizi tersebut tidak turun, maka stunting akan susah turunnya,” kata Dirjen Kesehatan Masyarakat Maria Endang Sumiwi, dalam keterangan resmi, Jumat (27/1).

Apa itu weight faltering, underweight, gizi kurang, dan gizi buruk?

1. Weigh Faltering

Gangguan pertumbuhan dimulai dengan terjadinya weight faltering atau berat badan tidak naik sesuai standar. Artinya berat badan stagnan dan tidak naik.

2. Underweight

Anak-anak yang weight faltering apabila dibiarkan maka bisa menjadi underweight dan berlanjut menjadi wasting. Kondisi tersebut bila terjadi berkepanjangan maka akan menjadi stunting. Gejala yang paling mudah dilihat jika berat badan anak kurang yakni tubuhnya tampak kurus.

3. Gizi Kurang

Anak dengan gizi kurang biasanya ditandai dengan tubuhnya yang kurus dan kurang nafsu makan. Tinggi badan dan berat badan tak sesuai.

4. Gizi Buruk

Biasanya diikuti dengan gejala klinis seperti busung lapar atau penyakit lainnya karena gizi yang rendah.

Solusi

Pencegahan stunting yang lebih tepat harus dimulai dari hulu yaitu sejak masa kehamilan sampai anak umur 2 tahun atau 1000 hari pertama kehidupan. Pada periode setelah lahir yang harus diutamakan adalah pemantauan pertumbuhan yang dilakukan setiap bulan secara rutin. Dengan demikian dapat diketahui sejak dini apabila anak mengalami gangguan pertumbuhan.

Hasil Survei Status Gizi Indonesia (SSGI) Tahun 2022 menunjukkan bahwa terjadi penurunan angka stunting sebesar 2,8 persen dibandingkan dengan 2021. Angka stunting tahun 2022 turun dari 24,4 persen (tahun 2021) menjadi 21,6 persen. Jadi turun sebesar 2,8 persen,” ungkap Kepala Badan Kebijakan Pembangunan Kesehatan (BKPK), Syarifah Liza Munira.

Meski angka stunting menurun, angka balita wasting dan underweight mengalami peningkatan. Yakni angka wasting naik 0,6 persen dari 7,1 persen pada 2021 menjadi 7,7 persen pada 2022.

Sementara underweight naik 0,1 persen dari 17,0 pada 2021 dan 17,1 persen pada 2022. Underweight adalah kondisi saat berat badan anak berada di bawah rentang rata-rata atau normal. Kemudian pada kasus balita overweight terjadi penurunan 0,3 persen dari 3,8 persen tahun 2021 menjadi 3,5 persen pada 2022.

“Di titik pertama (sebelum kelahiran) penting untuk intervensi di masa kehamilan. Dan intervensi kedua saat bayi mendapatkan MP-ASI setelah masa ASI eksklusif,” jelas Liza.

Pemerintah melakukan pemberian makanan tambahan untuk mengatasi masalah gizi di Indonesia. Pemerintah akan beralih dari pemberian makanan tambahan dengan biskuit menjadi pemberian makanan tambahan dengan makanan lokal.

“Jadi sudah mulai tahun 2022 di 16 kabupaten atau kota, karena kami mau lihat pemberian makanan tambahan dengan makanan lokal bisa dilakukan tidak,” kata Endang.

Pemberian makanan tambahan dengan pangan lokal ini disajikan siap santap oleh Posyandu dan dimasak oleh kader dengan menu khusus yang memenuhi kebutuhan gizinya baik protein maupun kebutuhan gizi yang lain. Selain pemberian makanan tambahan dengan makanan lokal, hal yang paling penting adalah pemberian edukasi kepada ibu tentang cara pemberian makanan yang baik untuk anak.

Sejumlah faktor yang mempengaruhi adanya penurunan stunting antara lain inisiasi menyusui dini, pemberian ASI eksklusif, pemberian protein hewani dan konseling gizi.

Source