Pemkot Surabaya Temukan Puluhan Balita Punya Komorbid

30

JawaPos.com–Dalam pendataan balita stunting, Pemkot Surabaya justru menemukan fakta lain. Yakni, puluhan balita di Surabaya memiliki komorbid. Hal itu diketahui setelah melakukan pendataan hingga akhir 2022.

Kepala Dinas Kesehatan (Dinkes) Surabaya Nanik Sukristina mengatakan, berdasar data dari Studi Status Gizi Indonesia (SSGI) Kementerian Kesehatan (Kemenkes) RI, prevalensi angka stunting di Kota Pahlawan menurun secara signifikan. Pada 2021, prevalensi mencapai 28,9 persen (6.722 balita) dan pada 2022 menurun hingga ke angka 4,8 persen (923 balita).

Nah, dari data 923 itu, ada 826 balita murni stunting dan 97 balita dengan penyakit komorbid. Menurut data SSGI Kemenkes RI, kata Nanik, prevalensi stunting Kota Surabaya terendah se-Jawa Timur (Jatim) bahkan se-Indonesia.

”Kalau stunting, kami berupaya memberikan intervensi sebaik mungkin,” kata Nanik.

Intervensi yang dilakukan Dinkes Surabaya, digerakkan bersama Tim Penggerak PKK dan Kader Surabaya Hebat (KSH). Ketika ada dugaan pasangan setelah menikah akan melahirkan bayi berisiko tinggi mengalami stunting, lanjut Nanik, segera dilakukan pencegahan dengan pemberian gizi, berupa susu ibu hamil.

”Susu ibu hamil itu tujuannya supaya anak setelah lahir, berat badannya tidak rendah. Kemudian, kami juga melakukan bantuan permakanan untuk balita stunting. Seperti pada 2022, kami memberi permakanan untuk balita stunting itu sebanyak 3 kali sehari, serta susu balita, dan susu ibu menyusui,” papar Nanik.

Mantan Sekretaris Dinas Sosial Surabaya itu menyebutkan, berdasar persentase prevalensi stunting 2022, Indonesia ada di angka 21,6 persen. Lalu, stunting di Jawa Timur 19,2 persen. Sementara itu, Surabaya persentase prevalensinya menjadi yang paling rendah di antara kota/kabupaten di seluruh Indonesia, yakni 4,8 persen.

Source