Penelitian Vaksin HIV Belum Berhasil Selama 4 Dekade, Ini Kata Ahli

55

JawaPos.com – Tak seperti vaksin Covid-19 yang bisa dikebut dalam melawan pandemi, pencarian vaksin HIV yang telah berlangsung selama empat dekade, namun belum berhasil sampai saat ini. Penelitian yang ada pun berhenti karena belum membuahkan hasil.

Dilansir dari Science Times, Minggu (29/1), Janssen Pharmaceuticals, sebuah divisi dari Johnson & Johnson, telah menghentikan satu-satunya uji klinis tahap akhir vaksin karena tidak efektif, dan telah menyebabkan kemunduran. Direktur eksekutif AVAC, sebuah organisasi yang mengadvokasi pencegahan HIV untuk mengakhiri AIDS, Mitchell Warren, mengungkapkan kekecewaannya atas hasilnya.

Terlepas dari kemunduran ini, beberapa uji klinis lainnya untuk skala kecil pada tahap awal sedang berlangsung, dan lebih banyak lagi yang dapat memasuki jalur penelitian di masa depan. Sejak tahun 1982, ketika Pusat Pengendalian Penyakit (CDC) AS pertama kali menamai sindrom tersebut dengan AIDS, ketakutan dan kematian selama bertahun-tahun memberi jalan bagi kemajuan ilmiah dalam memahami dan mengobati AIDS. Namun, harapan untuk menemukan vaksin HIV terus bergulir.

Direktur penelitian pencegahan HIV di Departemen Kesehatan Masyarakat San Francisco dan seorang profesor di University of California, San Francisco, Susan Buchbinder, menunjukkan bahwa satu-satunya cara untuk membasmi penyakit manusia adalah dengan vaksin. Misalnya saja vaksin cacar.

Sudah Ada Obatnya

Meski vaksin belum ditemukan, pasien HIV yang rutin mengonsumsi obat antiretroviral (ARV) dapat menekan virus dan mengendalikan penyakitnya. Kualitas hidup mereka pun membaik dan dapat hidup normal seperti siapa pun.

Hampir 29 juta dari 38 juta orang yang terinfeksi HIV di dunia sudah memiliki akses mendapatkan obat ARV. Lalu mengapa vaksin untuk mencegah HIV belum tersedia?

Pengembangan vaksin untuk mencegah HIV terbukti menantang karena tingkat mutasi virus. Menurut Direktur eksekutif AVAC, Mitchell Warren, virus AIDS bermutasi jauh lebih cepat daripada COVID-19, sehingga sulit untuk membuat vaksin yang dapat menargetkannya secara efektif.

Variabilitas HIV dalam tubuh satu orang dapat menghasilkan lebih banyak varian dalam beberapa hari setelah infeksi daripada semua varian Covid. Ini berarti bahwa saat vaksin sedang dikembangkan untuk menyerang HIV, virus mungkin sudah bermutasi di luar jangkauannya.

Padahal vaksin akan memberikan solusi yang lebih efektif dan berkelanjutan untuk mencegah penyebaran HIV, terutama di belahan dunia di mana akses mendapatkan ARV masih terbatas. Oleh karena itu, pencarian vaksin HIV terus dikejar dalam upaya mengakhiri epidemi AIDS.

Source