Rivalitas Damai di Kota yang Pernah Terpisah

33

Rot und Weiss sind Die Farbe von Berlin (Merah dan Putih Adalah Warna Berlin).

Begitu takarir yang tertulis di salah satu unggahan akun Instagram Union Berlin dengan gambar pemain Union berselebrasi di depan para pendukungnya yang datang ke Olympiastadion.

Mereka baru saja memenangi derbi Berlin atas Hertha BSC pada spieltag ke-18 Bundesliga (28/1).

Die Eisern (The Irons) –sebutan Union Berlin– mengalahkan Die Alte Dame (Si Nyonya Tua) –julukan Hertha BSC– dua gol tanpa balas. Union pun layak membanggakan diri dengan sebutan Stadtmeisterschaft alias penguasa kota.

Kemenangan yang membuat Union menempel ketat penguasa klasemen sementara Bayern Munchen. Sebaliknya, Hertha terbenam di urutan ke-17 dari 18 kontestan.

Bahkan, kekalahan itu membuat mantan striker timnas Jerman Fredi Bobic dipecat sebagai direktur olahraga Hertha.

Seperti posisi yang bertolak belakang di klasemen, Union kontra Hertha membagi Berlin literally menjadi barat dan timur.

Hertha adalah representasi dari Jerman Barat mengingat klub tersebut didirikan di Distrik Charlottenburg-Wilmesdorf yang berada di Berlin bagian barat.

Sebaliknya, Union mempresentasikan Jerman Timur karena didirikan di Distrik Treptow-Koepenick yang berada di Berlin sisi timur.

Hertha sejak dulu diasosiasikan sebagai klub yang mapan dengan para pendukung warga menengah ke atas. Sementara Union memiliki basis fans dari kalangan working class.

Tak heran, saat laga berlangsung, atmosfer rivalitas begitu terasa di Olympiastadion. Fans Union yang hanya sekitar 20 persen dari kapasitas stadion tidak terlihat gentar.

Tak jauh dari tempat duduk saya, tampak seorang pendukung Union dengan atribut lengkap ”terperangkap” di tengah kerumunan suporter fanatik Hertha.

Mau tak mau, dia pun harus rela diteriaki pendukung tim tuan rumah.

Aus, aus (ausziehen atau lepas, Red),” teriak seorang pendukung Hertha sambil menunjuk ke arah suporter Union itu. Yang diteriaki hanya menoleh, tersenyum, dan mengangkat bahu sambil berucap: ”Das ist Fussball. Ganz normal (ini sepak bola. Ini biasa, Red).”

Namun, hanya sebatas itu psywar yang diterimanya akibat ”salah posisi duduk”. Tidak ada kekerasan fisik yang diterimanya. Begitu juga halnya dengan fans Union lainnya yang datang saat itu.

Mereka pun bisa pulang dengan damai. Bahkan, fans Hertha dan Union menumpang gerbong kereta yang sama.

Acungan jempol pun patut diberikan kepada fans Hertha yang terus memberikan dukungan meski tim kesayangannya kalah di kandang. Tak ada aksi brutal, apalagi sampai masuk ke lapangan.

Padahal, pertandingan panas itu hanya dijaga barisan steward mulai ring satu sampai di dalam area stadion. Polizei (polisi) hanya berjaga di stasiun U-Bahn (kereta bawah tanah) dan S-Bahn (kereta jalur atas) sampai ke area terluar stadion.

Seperti yang dibilang suporter Union yang terperangkap di antara fans Hertha. Ini semua adalah sepak bola. Rivalitas dan psywar hanya selama pertandingan. Selebihnya, mereka sama-sama warga Berlin. (*)

 

 

Source