
JawaPos.com – Di tengah kesibukan Pemkot Surabaya mempersiapkan segala urusan untuk menyandang predikat Kota Layak Anak Tingkat Dunia, ternyata masih ditemukan anak yang tak mendapatkan kehidupan jauh dari kata layak.
Hal itu ditemukan oleh Juliana Evawati selaku anggota Komisi D DPRD Surabaya ketika reses sidang keempat di awal tahun ini. Dia menemukan enam anak stunting yang sebelumnya menerima bantuan permakanan. Namun, bantuan permakanan itu tak lagi mampir ke rumah para anak stunting tersebut sejak Januari 2023. Salah satu lokasinya ada di Sidotopo.
“Setelah di-kroscek itu karena keluarga tersebut tidak masuk keluarga miskin (Gamis). Padahal, ketika dilihat lagi lebih dalam, berapa pengeluaran dan pendapatan keluarga tersebut jauh dari kata layak,” ujar Juliana Juliana, sapaan akrabnya Juliana Evawati, Senin (30/1).
Karena itu, politikus PAN tersebut mendorong agar Dinas Sosial beserta para lurah dan camat bisa lebih detail kembali dalam pendataan. Dia meminta agar para anak yang stunting tetap mendapatkan permakanan jika kondisi finansial keluarganya tak baik.
Menurut Ketua Perempuan Amanat Jawa Timur itu, pemberian permakanan bagi anak stunting jelas menjadi kebutuhan primer untuk kalangan masyarakat dengan ekonomi ke bawah. Pada tahun ini, angka penerima permakanan memang menyusut jika dibandingkan dengan tahun lalu.
Pada 2022, data penerima intervensi permakanan sebanyak 33.280 jiwa. Untuk orang lanjut usia (lansia) sebanyak 20.378, penyandang cacat (PACA) sebanyak 6.814, dan yatim sebanyak 6.088. Setelah diverifikasi ulang, jumlah itu menurun drastis pada 2023. Yakni, menjadi 23.364 penerima.